SILSILAH TAROMBO MARGA SIREGAR.

Fungsi Dan Peran Mahasiswa Dalam Negara Berdaulat (Makalah LK2)


Image result for hmi      

Dalam periode mengisi kemerdekaan, yaitu indonesia berdulat secara material dan legal diawal tahun 1950, sebagai kelanjutan situasi tahun 1940-an, tampaknya menurun tajam dalam tahun 1960-an dan seterusnya. Peran mereka sebagai penerap yang lemah sejak tahun 1940-an, meningkat secara tidak tajam dalam tahun 1960-an sampai 1970-an, untuk kembali melemah dalam tahun dalam tahun 1980-an. Pada itu dalam tahun 1960-an peran mahasiswa selaku penggagas meningkat dengan tajam, setelah amat melemah dalam tahun 1940-an dan 1950-an. Tapi sejak tahun 1970-an peran penggagas mereka merosot dengan tajam dan tahun 1990-an meningkat kembali menguat[1].
Jika penonjolan peran mahasiswa sebagai penggagas ideologi amatlah intensif dalam tahun 1910-an sampai 1930-an karena posisi mereka sebagai bagian utama dari bagian kaum intelektual yang baru tumbuh,maka bagian kedua tahun 1960-an alasan nya ialah bungkamnya kebanyakan kaum intelektual senior karena keterlibatan mereka dengan rezim demokrasi terpimpin, sehingga mahasiswa menjadi bagian dari jumlah terbatas kaum intelektual yang kritis terhadap orde lama dan berpeluang mengemukakan ide alternatif. Adapun menipisnya dilandasi oleh dominannya peran politisi profesional dalam kehidupan politik,sebagai kelanjutan dari aturan tahun 1940-an dan sejak akhir tahun 1970-an peran penggagas ideologi mereka merosot kembali dengan tajam karena mereka dilarang berpolitik yang disertai dengan pembrengusan atau pengawasan terhadap prasana untuk mengembangkan pemikiran alternatif seperti organisasi mahasiswa, pers kampus, kelompok diskusi masalah kemasyarakatan dan politik, serta berlakunya sanksi berat terhadap pelanggar larangan dan pengawasan tersebut seperti skorsing sementara dan pemecatan sebagai mahasiswa. Dipenghujung tahun 1980-an dan menguat tahun 1990-an  terasa potensi mahasiswa sebagai penggagas ideology mulai bersemi kembali, karena mereka mulai menyadari kembali sebagai kelemahan pembangunan yang memerlukan perbaikan.
Ada dua wujud utama ideologi pengisi kemerdekaan yang menjadi pusat perhatian mahasiswa yaitu demokrasi dan pembangunan. Keduanya dipahami secara saling terkait dalam artian yang satu menjadi sentral perhatian terhadap yang lainnya. Dalam perhatian utama nya sebagai pendukung ideology tahun 1950-an,mahasiswa pengikuti sikap politisi propesional yang meyakini demokrasi sebagai titik pusat bagi pemikiran dan sikap politik, sehingga pembangunan duperlukan sebagai bagian yang integral. Mengikuti posisi ideologis para politisi professional dalam mengembangkan demokrasi lewat pemusatan kekuasaan yang membawahi pembangunan, mahasiswa ada yang mendukung demokrasi terpimpin da nada juga yang bungkam dan melawan secara diam-diam. Lalu bersama orde baru dan bersama pembaharu , mahasiswa melibatkan diri dalam proses ideology yang berfokus pada pembangunan. Dalam kerangka itulah demokrasi dikembangkan.
Peran mahasiswa yang intensif selaku pendukung dan diikuti oleh peranannya sebagai penerap dalam tahun 1950-an, sesungguh nya tida lah terlepas dari politik aliran. Baik melalui organisasinya maupun secara perorangan, mahasiswa mengaitkan diri kepada salah satu partai berdasarkan kesamaan berdasarkan pandangan ideology. Karena itu mahasiswa selaku kader ,menerima hasil karya ideologi politis partai sebagai progam yang harus diikuti dan dilaksanakan.
Peningkatan aktifitas politik militer , terutama angkatan darat, melibat kan sebagian mahasiswamenjadi pendukung badan penerapan ideology yang dikembangkan serta didikung oleh perwira tentara seperti pancasila bersama pemikiran mereka tentang posisi militer didalam politik. Ikatan ideology mahasiswa dengan militer saat itu diorganisasikan melalui kerja sama mahasiswa-militer( BKS Mahasiswa – militer ).
 Kedua bentuk keterkaitan peran ideology mahasiswa politisi dan partai tersebut , berlanjut di masa demokrasi terpimpin. Tapi mengikuti sejumlah kaum intelektual yang terdiri dari dosen , wartawan, seniman ,dan bahkan juga perwira militer yang beriskap kritis terhadap system yang ada. Maka mahasiswa mulai menggeser peran mereka kearah penggagas ideology. Tri tuntutan rakyat ( Tri-Tura ) merupakan ideology yang mendasari Komite Aksi Mahasiswa Indonesia ( KAMI ) dalam upaya menuntut perbaikan kehidupan rakyat banyak, melawan ideology komunisme dan mengganti rezim beserta sistemnya.
Peran penggagas ideology itu diteruskan mereka dengan mengemukakan pemikiran tentang pembangunan, modernisasi, demokrasi, sosialisme, dan sebagainya. Tapi setelah pembangunan memberikan hasil merupakan hasil perbaikan kondisi social ekonomi, dan juga membawa dampak seperti ketimpangan social, ketergantungan kepada luar negeri, dan sebagainya, maka mahasiswa mulai memikirkan ideology alternative. Tumbuh lah ideology baru seperti mereka yang aktif di grup diskusi UI(GD UI) di awal tahun 1970-an. Tema ideology yang mereka kembangkan dalam rangka memperbaiki keadaan adalah sosialisme dan nasionalisme dalam rangka demokrasi ekonomi dan politik. Sebagian kecil mahasiswa mulai menekuni yang diharapkan berguna untuk memperbaiki kelemahan system politik dan pembangunan. Tema ideology mereka masih berkisar pada demokrasi ekonomi dan politik. Sesungguhnya mereka masih merupakan potensi ketimbang penggagas yang sudah berkarya seperti mahasiswa pendahulu mereka.
Sekalipun dicetuskan oleh alumni ,akan tetapi dilahirkan didalam organisasi mahasiswa dan mendapat dukungan dari sebagian besar anggotanya, maka cukup beralasan untuk melihat peran ideology mahasiswa islam sebagai penggagas. Dalam tahun 1970-an nur cholis madjid,pimpinan HMI, mengumandangkan konsepsi tentang pembaharuan islam pemikiran islam. Dalam rangka memperluas kesempatan islam berkembang maka Nurcholis Madjid menawarkan konsepsi sekularisasi sebagai alat pemikir untuk melihat segenap permasalahan masyarakat serta mencari jalan keluarnya, terutama menghadapi masalah politik. Sekalipun kritik dari ahli agama dan intelektual islam banyak dilemparkan pada pemikiran tersebut, namun kenyataan ini tidak terbantah dalam memperlihatkan keterlibatan mahasiswa islam selaku penggagas ideology, mendampingi mahasiswa ideology yang berpikir berdasarkan kerangka duniawi semata.
            Mirip dengan mahasiswa tahun 1910-an sampai 1930-an, mahasiswa tahun 1960-an sampai 1980-an yang aktif sebagai penggagas ideology kebanyakan mempunyai akifitas didalam berbagai organisasi yang beroperasi dikampus. Hanya saja , jika mahasiswa penggagas ideology untuk kemerdekaan lebih banyak berkecimpung didalam organisasi pemuda dan organisasi umum lainnya,maka mahasiswa ideology untuk mengisi kemerdekaan kebanyakan berkecimpung di dalam organisasi yang dikhusus kan untuk mereka, sesuai dengan segala kehidupan mahasiswa setelah proklamasi kemerdekaan. Berbeda juga dengan angkatan 90-an ynag mulai merintis pembentukan organisasi yang berkecimpung dalam kegiatan politik dengan keterlibatan masyarakat bawah. Angakatan 90-an mulai membuka tabir antara masyarakat dengan mahasiswa untuk menyatu secara total.




[1] Arbit Sanit, Pergolakan Melawan Kekuasaan

Comments