- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata
ideologi sendiri diciptakan olehDestutt de Tracy pada akhir
abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu
(bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari
hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide
yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan
untama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses
pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik.
Sejak awal HMI telah mencantumkan “Menegakkan dan
mengembangkan ajaran agama Islam” sebagai salah satu tujuannya, di samping
“Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia”. Dengan demikian,
Islam telah dijadikan sebagai landasan organisasi. Dalam hal ini HMI tidak
mendasarkan diri pada “mazhab” tertentu, walau kemudian dalam pola pemikirannya
HMI cenderung sebagai kelompok intelektual muslim pembaharu.
Dari situ HMI menuangkan pemahaman keislamannya
yang tertampung dalam sebuah buku pedoman yang diberi nama Nilai Dasar
Perjuangan (NDP). NDP merupakan gambaran bagaimana seorang HMI memahami Islam
sebagaimana tercantum dalam Al-Quran. Secara doktrin, yang terkandung dalam NDP
bukanlah ajaran yang bertentangan dengan Islam, melainkan merupakan formulasi
kembali atas Al-Quran sehingga tertuang menjadi suatu kepribadian bagi kader
HMI dalam mewujudkan amanat Tuhan sebagaikhalifah fil-ardhi.
NDP adalah landasan ideologis perjuangan HMI,
sebagai ruh yang mendorong moral pergerakan kader. Pemahaman terhadap NDP
diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri kader akan keyakinan ilahiahnya,
membangun semangat humanisme dalam interaksi dengan sesama manusia, dan sebagai
sumber nilai moral yang mengiringi ilmu pengetahuan untuk diabdikan bagi kemanusiaan.
Dengan demikian nilai-nilai NDP bisa menjadi identitas yang khas bagi
kader-kader HMI.
Sehingga Ideologi HmI yang dibawa didalam diri
kader – kadernya yang selalu senantiasa untuk memperjuangkan Agama Islam dan
Meningkatkan Martabat bangsa Indonesia. Selama ini HMI dikenal dengan tradisi
pembaharuannya. Dalam pembaharuan akan selalu ada kritik dan otokritik terhadap
segala sesuatu yang ada. Hal ini memungkinkan adanya perbaikan dan pengembangan
ke arah yang lebih baik.
Meskipun NDP berpretensi ideologis, NDP tidak boleh
diperlakukan sebagai dogma yang taken for granted oleh kader-kader HMI. NDP
bagi HMI tidaklah sama dengan al-Quran bagi umat Islam. Bagaimana pun NDP
adalah buatan manusia. Karena itu meskipun perumusannya didasarkan pada wahyu yang
bersifat mutlak, NDP tak lebih dari sekadar hasil interpretasi manusia yang
nilai kebenarannya relatif.
NDP bolehlah dikatakan sebagai satu usaha berupa
landasan filosofis untuk mencapai Yang Mutlak, Kebenaran, yaitu Tuhan itu
sendiri. Keberadaan NDP harus disikapi secara kritis. Cak Nur sendiri, selaku
salah seorang perumus NDP, ketika ditanya apakah NDP masih relevan dengan
kondisi sekarang ataukah perlu diganti, mengatakan bisa saja, asal tingkat
intelektualitasnya tidak lebih rendah dari yang ada sekarang.
Ideologi adalah landasan gerak, dalam arti yang
lebih luas ideologi dapat dikatakan sebagai seperangkat nilai-nilai berdasarkan
pandangan dunia (pandangan hidup) untuk mengatur kehidupan Negara dalam
segi-seginya dan yang disusun dalam sebuah konstitusi berikut
peraturan-peraturan dan implementasinya.
Pada wilayah ideologi, Tauhid jelas haruslah
menjadi dasar utamanya (sumber). Bagaimana pemahaman kader maupun manusia
secara umum tentang Tauhid menjadi dasar dari epistemologinya. Sehingga dengan
pengetahuan yang bersumber dari Tauhid tersebut akan dapat menghasilkan
pandangan dunia yang objektiv. Selanjutnya pandangan dunia atau cara memahami
realitas tersebut yang nantinya sebagai perangkat ideology. Jika lebih
disederhanakan lagi, ideologi sangatlah penting dalam perjuangan politik, sebab
ideology sebagai landasan setiap gerak yang akan diaktualisasikan.
Saat ini kita tahu bahwa terdapat banyak sekali
ideologi raksasa yang dengan segala varianya juga memiliki orientasi dalam
pencapaian tujuan (liberalism, kapitalisme, sosialisme dll). Maka sebagai
landasan gerak yang universal dan baku Tauhid adalah rujukan atau sumber utama
ideologi yang jelas, permanent dan selalu relevan.
POLITIK ORGANISATORIS
Politik secara bahasa Arab disebut “Siyasyah”
yang kemudian diterjemah menjadi siasat, atau dalam bahasa bahasa Inggrisnya
“Politics”. Pada dasarnya mempunyai ruang lingkup Negara, karena teori politik
mempengaruhi hidup masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak. Politik
adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri tetapi juga seni,
dikatakan sebagai seni berapa banyak kita melihat politikus yang tanpa
pendidikan ilmu politik, tetapi mampu berkiat memiliki bakat yang dibawa sejak
lahir dari naluri sanubarinya. sehingga dengan kharismatik menjalankan roda
politik praktis.
Menurut Robert A. Dahl:
”Political science is, of coure, the study of
politics. One might better say, it is the systematic study of politics, that is
an attempt by systematic analysis to discover in the confusing tangle of
spesific detail what ever principles may exist of wide and more general
significance”
Maksudnya Ilmu politik adalah sdah barang tentu
pelajaran tentang siasat, atau lebih baik pula dikataka, hal ini sabagai
pelajaran terinci dari berbagai cara yaitu usaha pembahasan yang teratur untuk
menemukan pencegahan keningungkan yang kacau dalam pengertian yang lebih
luas.
Politik secara sederhana dapat kita artikan sebagai
suatu media untuk mencapai maksud atau tujuan. Politik merupakan pengetahuan
terapan, di mana dengan pengetahuan politik maksud serta tujuan yang akan
dicapai dapat diperjuangkan melalui perjuangan politik dengan menggunakan ilmu
pengetahuan politik. Tentu saja di dalam politik tersebut masih membutuhkan
banyak pengetahuan terapan yang lain, yaitu strategi dan taktik.
Di dalam Islam, system politik terdiri atas tiga
prinsip pokok, Tauhid, Risalah dan Khilafah. Prinsip yang pertama
termanifestasikan dalam pembahasan kita yang pertama mengenai ideology. Begitu
juga dengan prinsip yang ke dua, selain termanifestasikan dalam ideology juga
termanifestasikan melalui aturan-aturan serta tuntunan-tuntunan yang membatasi
kekuasan seorang khilafah. Sedangkan sebagai khilafah, setidaknya manusia
memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
Pemilik dari bumi sepenuhnya adalah tetap Tuhan,
bukan wakil-Nya yang bertugas mengelola.
Pengelola itu akan mengelola milik Tuhan sesuai
dengan instruksi-instruksinya (pemahaman kita terhadap tauhid yang
termanifestasikan sebagai ideologi).
Pengelola milik Tuhan akan akan melaksanakan
kekuasannya dalam batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan atas dirinya.
Dalam mengelola itu, ia akan melaksanakan
melaksanakan kehendak Tuhan, bukan kehendaknya sendiri (kemerdekaan individu,
keharusan universal dan tetap bertitik tolak dari Tauhid).
Secara singkat politik adalah untuk kekuasaan,
sebab hanya dengan kekuasanlah tujuan dapat terwujud. Namun dengan kekuasan
yang telah didapatkan nantinya, kekuasan tersebut tetap harus dijalankan
berdasarkan atas ideology yang sudah dipilihnya. Dalam kaitanya dengan ini,
politik tidak terlepas dari 4 hal; order (susunan/pembagian,
perintah), virtue (kebajikan), freedom (kebebasan
atau kemerdekaan) dan happiness / welfare (kebahagiaan
dan kesejahteraan). Kekuasaan yang diperoleh melalui politik
haruslah dapat mewujudkan empat hal tersebut di atas, jika tidak maka kekuasaan
yang ada bertentangan dengan fithrah dan tujuan kekuasaan yang murni, tentu
saja jalan yang dilalui oleh perjuangan politik adalah tidak benar, sebab
akibatnya pun tak selaras dengan tujuan idealnya.
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI bukan dibentuk
sebagai organisasi politik, dan karena itu tidak berorientasi pada politik.
Perjuangan HMI adalah perjuangan kebenaran, atau nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan demikian, maka HMI tetap disebut sebagai kekuatan moral dan pantulan
suara nurani masyarakat. akan tetapi, sebagai organisasi yang telah mengalami
perkembangan sedemikian rupa, termasuk persentuhannya dengan dinamika politik
bangsa, maka setiap sikap dan perilaku HMI akan tetap mempunyai nilai dan
resonansi politis. HMI yang postur awalnya sebagai moral force mau tidak mau
juga dihitung sebagai political force. Kondisi demikian menuntuk HMI
mengaktualisasi potensinya itu, baik moral force maupun political force. Tanpa
aktualisasi keduanya bukan hanya mubazir, tetapi juga akan menyebabkan proses
pembusukan secara internal. HMI juga mampu memproduksi pemimpin bangsa yang
mempunyai Strategi – strategi jitu serta taktik dalam membangun dan memperjuang
martabat bangsa Indonesia,
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan
yang berkaitan dengan pelaksanaangagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim
kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan,
dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang
lingkup yang
lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya
orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut. Contoh berikut
menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan
kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Peter Drucker, yang merupakan Profesor manajemen
pemasaran memberi pengertian kepada strategi dan taktik yaitu :
· Strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar (
doing the right things ).
· Taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar (
doing the thing right ).
Disisi Lain Rasulullah SAW menyampaikan “Ilmu tanpa
amal adalah dosa, demikian pula amal tanpa ilmu.” Jika kita kaitkan dengan
perjuangan politik, maka politik adalah merupakan sebuah amal, jika tidak
disertai dengan ilmu maka akan sia-sia. Dalam sebuah perjuangan politik,
strategi dan taktik adalah ilmunya, selain landasan tauhid sebagai dasar
ideology dan juga pengetahuan mengenai ilmu politik itu sendiri.
Strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk
mengakhiri peperangan, taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan
suatu pertempuran. Sedangkan menurut Mao Tse Tung strategi adalah untuk
menguasai suatu peperangan secara keseluruhan, sedangkan taktik adalah untuk
melakukan kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan). Namun yang perlu
juga kita garis bawahi di sini adalah strategi dan taktik dalam politik tidak
dapat meliputi sampai tercapainya tujuan, sebab strategi hanya meliputi jangka
waktu tertentu. Dalam pandangan HMI, seperti yang diungkapkan oleh Dahlan
Ranuwiharjo mewakili pendidik politik di HMI, strategi adalah Bagaimana
menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk
mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaiman menentukan sikap
atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat
tertentu.
Hubungan Taktik dengan Strategi
Taktik merupakan bagian dari strategi. Maka dalam
hal ini, taktik harus tunduk kepada strategi yang ada.
a) Jika semua taktik berhasil maka strateginya
berhasil.
b) Jika Semua taktik gagal maka strateginya gagal.
c) Jika salah satu taktik gagal, maka strategi masih
bias berhasil dengan syarat taktik yang lainnya berhasil, dan bersifat
strategis.
d) Jika Sebagian taktik berhasil namun sebagian taktik strategis yang lain
gagal, maka strategi gagal.
Taktik strategis adalah taktik mengenai suatu
kejadian politik, namun kejadian itu menentukan bagi seluruh rencana strategis,
dengan kata lain taktik ini adalah taktik utama/prioritas.
Stratak hanya boleh dipelajari oleh pejuang tulen
yang telah memiliki kesadaran ideologi dan organisasi serta sanggup berfikir
politis realistis. Seorang yang penakut, menghindari resiko dan lebih
mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan perjuangan tidak usah
mempelajari strata, akan sia-sia, kasihan strataknya. Sebaliknya, orang yang
yang berkesadaran ideology serta organisasi haruslah mempelajari strategi dan
taktik, sehingga dia tidak akan sembrono dalam bergerak, tidak anarkhis, tidak
nyelonong saja serta tidak bertindak radikal ekstrem yang ngawur dan nekad.
Stratak dan Organisasi
Stratak adalah cara menggunakan oranisasi
organisasi untuk mencapai sasaran perjuangan. Garis dari setiap strata harus
disesuaikan dengan kondisi organisasi, kesuksesan strata akan semakin
memperkuat organisasi, begitu juga sebaliknya. Semakin berkurang kekuatan
organisasi, semakin tidak mampu organisasi itu melaksankan stratak yang besar,
semakin kecil stratak yang dapat dilaksanakan oleh organisasi semakin jauh
organisasi tersebut dari tujuan perjuangan politiknya. Stratak tidak mampu
berdiri sendiri, melainkan dia hanya alat pelaksana bagi tujuan ideology.
Tugas Stratak
Menciptakan, memelihara, dan menambah syarat-syarat
yang akan membawa kepada tujuan (machts-vorming dan machts-aanwending)adalah
tugas stratak. Dengan kata lain, tugas stratak adalah untuk mempertahankan dan
menambah kekuatan serta posisi sendiri, di samping itu juga untuk menghancurkan
dan mengurangi kekuatan serta posisi lawan.
Dasar-dasar Menyusun Strategi
a) Menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh
organisasi dalam jangka waktu tertentu. Sasaran disesuaikan dengan kemampuan
oranisasi.
b) Jangka waktu ditentukan sebagai jangka waktu
sekarang (jangka pendek) dan jangka waktu beberapa tahun ke depan (jangka
panjang).
c) Harus terdapat rencana atau strategi alternative.
d) Harus dapat menambah kekuatan serta memperkuat
posisi.
e) Harus mampu membentuk opini public (subyektifitas
menjadi objektifitas, sebab mendapatkan dukungan dan sokongan dari kesepakatan
wacana public).
Dasar-dasar Membentuk Taktik
Dikarenakan taktik merupakan bagian dari strategi
maka dasar bagi strategi berlaku juga untuk taktik. Namun masih terdapat
beberapa dasar yang berlaku untuk taktik,
a) Fleksibilitas, sikap dan langkah dapat berubah
sesuai dengan kondisi yang terjadi.
b) Orientatif, evaluative dan estimative, perjuangan
politik tidak mampu melihat hasil atau keberhasilan yang dicapai nanti, sebab
hal tersebut belum terjadi. Namun dengan menentukan langkah, mengira-ngira
(mengorientasikan) serta mengevaluasi keadaan dan kemungkinan yang akan
terjadi, disertai dengan memperhitungkan beberapa hal maka kita akan dapat
melihat bayangan aka nada dan tidaknya kesempatan untuk berhasil.
c) Kerahasian, strategi harus dirahasiakan, biarlah
lawan meraba apa langkah perjuangan yang akan kita lalui.
d) Gerak tipu/mengelabuhi.
e) Lima S; Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat.
f) Perpaduan antara Kondisi Objektif dan Kondisi
Objektif, kondisi subjektif mematangkan kondisi objektif, begitu juga
sebaliknya. Antara kedua kondisi ini memiliki hubungan timbale balik yang
saling mempengaruhi.
Hukum-hukum Stratak
a) Kwantitas.
b) Perpaduan antara kwalitas dan kwantitas.
c) Posisi.
d) Cadangan.
e) Kawan, Sekutu dan Lawan.
f) Divide et impera.
g) Menyerang adalah pertahan yang terbaik.
h) Membenarkan segala cara, selama tidak bertentangn
dengan ideology dan membawa akibat yang dapat merugikan diri sendiri.
Pedoman Mencapai Hasil
a) Mencegah mudhorat lebih diutamakan dari menarik manfaat.
b) Apa yang dapat diselesaikan hari ini, selesaikan,
jangan menunda.
c) Tidak ada rotan, akarpun jadi.
d) Hasil dalam perjuangan terletak pada hasilnya sendiri, tidak ada satupun
yang berhasil daripada keberhasilan.
Sehingga dengan Ideopolitor Stratak HMI diharapkan
kader – kader HMI mampu membawa bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang
bermartabat di mata internasional. Sebagaimana tertulis, kemunculan HMI
merupakan kulminasi dari himpitan–himpitan imperialisme Belanda. Himpitan–himpitan
itu menyebabkan ”Keresahan Sosial” bagi Umat Islam, kemudian menimbulkan
”Protes Sosial Keagamaan” untuk menunjukan kekuatan Islam, yang ditandai
berdirinya HMI 5 Juni 1947. HMI adalah suatu gerakan pembaharuan untuk
membebaskan umat Islam dan bangsa Indonesia dari keterbelakangan. Pemikiran
ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an HMI menampilkan Islam yang bercorak khas
Indonesia. Pemikiran ini akan mendatangkan perubahan, sesuai dengan kebutuhan
kontemporer menuju masa depan Indonesia baru yang dicita-citakan seluruh rakyat
Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. (Agus Salim
Sitompul, 44 indikator kemunduran HMI, 2008 )
HMI tidak akan pernah terpisah dari Harapan
Masyarakat Indonesia karena HMI terlahir dari Harapan Masyarakat Indonesia,
sehingga formulasi perjuangan HMI-pun adalah formulasi perjuangan bangsa
Indonesia. Tetapi akan berubah ketika HMI tidak mampu menatap reealitas bangsa
Indonesia. Perubahan yang terjadi pada bangsa Indonesia berbeda
sesuai tuntutan zamannya. Hal ini jelas akan menyebabkan formulasi perjuangan
HMI dalam mewujudkan Harapan Masyarakat Indonesia harus mengikuti perubahan
tersebut. Dan saat ini, masalah yang dihadapi masyarakat pun semakin kompleks
terkait tuntutan pemenuhan kebutuhan dalam segala aspek kehidupan, baik
ekonomi, politik, sosial dan lain-lain yang semakin sulit dan perlu adanya
pemerataan untuk mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia
Comments
Post a Comment