- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Menurut Erond L. Damanik, penyebutan Batak dan Melayu diberi oleh pengelana asing untuk membedakan kelompok masyarakat yang hidup di gunung dan di pesisr. Embrio pembeda lainnya adalah Agama
Antropolog Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr. Erond L Damanik MSi, menyatakan bahwa etnik Karo, Simalungun, Mandailing, Pakpak, Angkola, dan Toba bukanlah bagian dari Batak.
Menurut Erond, penyebutan Batak dan Melayu diciptakan pengelana asing pada abad ke 14 untuk membedakan kelompok masyarakat yang hidup di gunung dan di pesisir.
Kelompok pesisir disebut Melayu, karena mereka cenderung beragama Islam dan kelompok di pegunungan adalah Batak, karena ketika itu mereka menyembah berhala (pagan), belum memiliki agama.
"Ini adalah konsep yang muncul setelah adanya konsep Melayu. Batak ini adalah konsep yang muncul setelah eksisnya suku Melayu," ucap Erond, seperti kami lansir dari tagarid
Melayu dan Batak, menurut Erond adalah konsep geografis untuk membedakan populasi antara orang yang sudah beragama Islam dan masih menganut agama pagan, penyembah berhala, atau leluhur (agama asli).
"Kenapa mereka disebut Melayu karena sudah beragama. Kenapa mereka disebut Batak karena masih menganut agama asli. Itu saja embrionya. Kita bisa lihat uraian mendalam dalam tulisan Daniel Peret di bukunya Batak dan Melayu. Dalam buku itu dia menyebut atau merujuk dalam tulisan misalnya Wiliam Mardest di tahun 1774, bahwa dia juga menolak homogenisasi yang disebut batak," kata Erond.
Erond menyebut struktur sosial atau organisasi sosial terhadap enam etnik yabg selama ini disebut Batak juga tidak ada kemiripan, misalnya Toba dengan dalihan natolu, Simalungun Pentagon, dan Karo Siwalujabu. "Sedangkan pakaian, coba kita sandingkan pakaian mereka, tidak mirip," katanya.
Ia memberi contoh mengenai dalihan natolu dalam hubungan antar perkawinan, antara hula-hula, dan itu bukan khas Sumatera Utara. Menurutnya hal ini juga ada di masyarakat Prancis.
Kemudian dongan sabutuha, sanina, atau anakberu, Erond menyebut tidak bisa diklaim bahwa itu adalah khas Batak. "Itu adalah global. Dalam artiologi, itu dikembangkan juga oleh Tri Angel Kuliner atau hubungan segitiga kuliner yang ada pada masyarakat Prancis," kata Erond.
Jika enam etnik itu bukan Batak, bagaimana dengan silsilah marga ?
Menurutnya itu bermula dari tulisan Hutagalung dengan tulisan "Silsilah Bangso Batak", marga itu hanya sebuah konstruksi. dalam buku Hutagalung tersebut, dia menulis silsilahnya, tahun 1926, hanya paradigma kontruksi dan tidak mengacu secara arkeologis.
Erond mengatakan sebenarnya konsep Batak pertama sekali ada, bukan di Sumatera Utara, tapi Batak itu untuk menyebut pemukim di Aceh disebut Bateh.
"Pesisir disebut Melayu dan di pedalaman disebut Bateh, itu di tahun 1915. Sedangkan Batta ada di antara Lhokseumawe dan Aru di Pantai Timur Sumatera. Kemudian, Batak itu masuk ke Sumatera Utara ditambah adanya penelitian tahun 1925, itu yang dipakai sampai hari ini. Sedangkan (hubungan) marga itu adalah sebuah kontruksi yang ditulis oleh Hutagalung, dia berhasil membuat konstruksi itu," ucapnya.
"Kalau kita bicara asal-usul manusia, mana mungkin manusia itu dari gunung duluan baru ke pesisir. Harus dari pesisir duluan barulah naik ke pegunungan. Bukan dari gunung dulu baru ke pesisir. Masa dari gunung duluan baru datang ke Karo atau Simalungun. Terus manusia yang ada di gunung itu dari mana naiknya?" katanya.
Dijelaskan Erond, seharusnya pemukim yang pertama itu adalah yang mendiami daerah pantai. Kemudian, sesuai analisis arkeologi dan antropologi, adanya pemukim di pegunungan karena jumlah makanan yang semakin menipis di pantai, atau adanya serangan pihak musuh yang intens di pantai, membuat mereka mulai masuk ke pedalaman. (irf/tgrid)
Comments
Post a Comment